Posted on Agustus 16, 2010 by serdadu95
Dirgahayu Republik Indonesia… maka selesailah Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia, DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO. Setelahnya, muncul berbagai macam tanggapan. Ada yang nanggapi landai-landai saja, ada yang memuji – tapi ada pula yang mengritik dengan asal njeplak seolah mereka, para pengritik itu menyimak semuwa yang disampaikan Sang Presiden (nya) dengan seksama. Padahal, belum tentu mereka – para pengritik itu dengan seksama menyimak apa yang disampaikan Sang Presiden (nya?). Baca lebih lanjut →
Filed under: Edisi Merah Putih | Tagged: dirgahayu rpublik indonesia, hut ke-65 kemerdekaan ri, indonesia, pidato, pidato kenegaraan presiden ri 2010, sby | 3 Comments »
Posted on Agustus 10, 2010 by serdadu95
Agustusan tahun ini agak sedikit beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Gaungnya ndak begidu terasa. Mungkin karena jatuhnya bertepatan dengan Bulan Puasa, sehingga pada ”kagok” semuwa. Padahal dulu — Proklamasi Kemerdekaan sewaktu dibacakan Soekarno-Hatta juga bertepatan dengan Bulan Puasa lohh. Dilema-kah ini namanya?
Saiya ndak teu bagaimana yang terjadi di tempat tinggal sampiyan. Kalau di komplek saiya ”Gaung Agustusan”-nya memang agak sedikit menurun. Ndak semeriah tahun lalu. Sampai sekarang saiya ndak dapat undangan dari RT saiya untuk rapat ini-itu yang berkaitan dengan peringatan 17-an. Mungkin karena sudah di-handle oleh dinas, sehingga pada ”pasrah bongkokan” semuwa. Payah-kah ini namanya? Baca lebih lanjut →
Filed under: Edisi Merah Putih | Tagged: agustus, dilema, lomba, peringtan hut kemerdekaan, puasa | 1 Comment »
Posted on Agustus 1, 2010 by serdadu95
Ndak teu saiya, mengapa setiap melihat simbol-simbol Negara dilecehkan – mendadak sontak saiya bisa ndongkol alang-kepalang. Lhaa coba sampiyan bayangkan, untuk mendapatkan dan menciptakannya saja ndak-lah mudah, bahkan bergalon-galon darah sampai ditumpahkan – ribuan nyawa pun ikut dikorbankan…. lhaa kok ini yang ndak pernah ikut berjuang bisa seenaknya melecehkan. Jall… coba sampiyan pikir, apa ndak gebleg itu namanya? Baca lebih lanjut →
Filed under: Edisi Merah Putih | Tagged: bendera, indonesia, ironi, marah putih, peduli, simbol negara | Leave a comment »
Posted on Juli 31, 2010 by serdadu95
Agustus telah tiba. Sebentar lagi Indonesia akan ber-ulang tahun yang ke-enampuluh lima. Sebagai salah satu warganya, tentu saja saiya ikut berbahagia dan mensyukuri bahwa negeri ini masih bisa berdiri. Oleh karenanya, sebagai wujud dari rasa bahagia dan rasa syukur tersebut, saiya akan kembali membuat postingan yang bernuansa Merah Putih. Baca lebih lanjut →
Filed under: Edisi Merah Putih | Tagged: 2008, 2009, 2010, edisi merah putih, indonesia, merdeka | Leave a comment »
Posted on Agustus 18, 2009 by serdadu95
Menyenangkan sekali…
Ini bukan masalah “memenuhi target“… tapi lebih kepada “proses pembelajaran diri”. Setidaknya demikianlah yang ada di benak saiya pada saat akan memulai me-launching Edisi Merah-Putih di blog saiya ini.
Menyenangkan sekali…
Ini adalah kali kedua saiya membuat event dalam rangka ikut mengayu-bagyo Peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia – Negeri yang sangat saiya cintai. Selama 17 hari – dimulai sejak tanggal 1 Agustus dengan postingan yang berjudul Berbuat Baik-lah Demi Indonesia dan postingan terakhir pada tgl 17 Agustus kemaren — Refleksi 64 Tahun Kemerdekaan Indonesia, telah saiya publish dengan sukses.
Menyenangkan sekali…
Bahwa 10 buah postingan di Edisi Merah-Putih tahun ini masih sangat jauh dari kata bagus, tetapi paling tidak… saiya telah berhasil menciptakan tradisi “baik” di blog saiya ini, yang semoga bisa terus saiya agendakan di setiap tahunnya. Baca lebih lanjut →
Filed under: Edisi Merah Putih | Tagged: berakhir, edisi merah putih, hut ri, indonesia, nasionalisme, nkri, pesan moral, semangat, tradisi, ucapan terimaksih | Leave a comment »
Posted on Agustus 17, 2009 by serdadu95
Setelah Sang Dwi Warna berkibar – menjaga agar tetap berada di puncaknya adalah kewajiban. Bahkan semestinya – puncaknya harus senantiasa ditinggikan, biar generasi mendatang bangsa ini masih bisa memandangnya. Tidak hanya sekedar memandang – tetapi menatap dengan penuh kebanggaan, melihat tanpa pernah sedikitpun berpaling.
Indonesia adalah milik kita bersama. Bukan hanya punya pemerintah yang berkuasa atau sekelompok orang yang punya uang saja. Tetapi kita. Jahh… kita semua-lah yang menjadi owner dari negara yang bernama Indonesia ini.
Baca lebih lanjut →
Filed under: Edisi Merah Putih | Tagged: indonesia, kemerdekaan, merah putih, refleksi, sang dwi warna, selamat ulang tahun | 1 Comment »
Posted on Agustus 15, 2009 by serdadu95
Melanjutkan pidato pertama-nya, kemaren (14/8/09) — Presiden SBY menyampaikan Pidato Kenegaraan di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat, dengan tema Refleksi Kemerdekaan dan Dinamika Perjalanan Bangsa. Secara umum – saiya mengatakan…. bagus! (*haiiyahh!*)
Sejenak saiya terbelalak melihat aksi mimbar Beliau yang lancar-jaya dalam berorasi. Pembawaan sangat tenang. Gerak tangan berikut expresi wajahnya mantap. Pandangan matanya mampu menyapu hingga ke sudut-sudut ruangan. Rangkaian kata yang dilontarkan begitu rapi dan sistimatis. Padahal – tidak ada secarik kertas pun yang ada dihadapannya. Seolah-olah beliau menyampaikan secara langsung tanpa teks. Baca lebih lanjut →
Filed under: Edisi Merah Putih | Tagged: 2009, 64, demokratis, dpr, hut, indonesia, intisari, konvensi, merdeka, pidato kenegaraan presiden, ringkasan, sby | 8 Comments »
Posted on Agustus 12, 2009 by serdadu95
Teroris adalah sampah. Tentunya tempat yang paling cocok ya di bak sampah – bukan di tempat lainnya.
Sampah adalah sampah. Meski dibungkus dengan kain sutra yang berbalur minyak serimpi yang baunya menyengat hingga puluhan kilometer jauhnya – tetap saja wujud aslinya adalah sampah.
Berbeda dengan sampah organik yang busuknya bisa menyuburkan – memberikan sari pati makanan bagi tumbuhan yang hidup diatasnya – kalau ini tidak. Sampah yang satu ini tak lebih dari kotoran belaka. Tidak dapat didaur ulang dan tak bisa dimanfaatkan buat apapun juga. Membakarnya adalah cara yang paling tepat untuknya.
Ingat! – tempatnya adalah di bak sampah.
Baca lebih lanjut →
Filed under: Edisi Merah Putih | Tagged: busuk, indonesia, pembunuh, sampah, teroris | 1 Comment »
Posted on Agustus 10, 2009 by serdadu95
Apa yang telah sampiyan berikan kepada Negara sampiyan?
Saiya belum pernah sekalipun masuk penjara. Ditangkap Polisi karena melanggar lalu-lintas – seingat saiya juga belum pernah. Kalo di-confirm karena salah jalur akibat meleng sewaktu berkendaraan – beberapa kali pernah-lah. Tapi itu sangat jarang sekali. 🙂
Nabrak orang ”baru” sekali – itupun bukan karena saiya yang salah. Si mbok-mbok yang naik sepeda itu muncul tiba-tiba dari batas trotoar – maka daripada saiya dihantam mobil yang berada disamping saiya – lebih baik – roda depan sepeda mbok-mbok itu saiya tabrak saja. Dengan perhitungan yang sangat matang.
Dan benar – si mbok-mbok itu ”cuman” patah tulang lengan saja – jauh dari mati. Sementara saiya terpelanting dengan helm pecah berantakan – tapi kepala saiya masih utuh dan isinya masih bisa saiya gunakan sampai sekarang. Itu terjadi 10 tahun yang lalu. Baca lebih lanjut →
Filed under: Edisi Merah Putih | Tagged: 200, berkendaraan, Cerita, dewasa, indonesia, jalan, lalu-lintas, negara, polisi, postingan, stop press | 4 Comments »
Posted on Agustus 9, 2009 by serdadu95
Hari ini – 64 tahun yang lalu telah terjadi drama kemanusiaan yang amat mengerikan. 80 ribu jiwa lenyap. Seluruh bangunan kota pun luluh-lantak – menguap – rata dengan tanah. Kali ini si-“Fat Man”-lah yang menjadi raja jagalnya.
Sebelumnya si-“Little Boy” yang berperan sebagai pangeran pencabut nyawa. Meski disebut “little”, tetapi nyawa yang berhasil direnggut lebih dahsyat – 140 ribu!
Hiroshima dan Nagasaki adalah korbannya. Dua bom nuklir (atom) yang dijatuhkan di kedua kota tersebut (Hiroshima–6/8/1945 dan Nagasaki—9/8/1945) membuat Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu seminggu kemudian (15/8/45).
Baca lebih lanjut →
Filed under: Edisi Merah Putih | Tagged: ajakan, bom, bom atom, bom nuklir, drama, hiroshima, indonesia, jepang, julukan, nagasaki, negara, sejarah | 1 Comment »